Sunset Terindah di Ujung Utara Pulau Jawa

07.53 Azwar Aff 2 Comments


Sehari sebelum puasa, di sebuah desa di ujung utara Pulau Jawa, sebuah pantai pasir putih dengan rentetan café mendayu-dayu memanggil kenikmatan. Adalah Pantai Bondo, 25 KM dari Kota Jepara. Sore itu aku sedang melakukan riset untuk artikel terbaru di UC News, tiba-tiba si anak pecandu travelling ini menghubungiku. “Yo nyunset di Bondo, mumpung belum puasa masih bisa ditemani segelas kopi anget”. “Yowes ayo mangkat” jawabku. Padahal aku ndak punya uang karena bayaran dari UC belum cair, yaa akhirnya pake uang jatah beli pulsa.

Lokasi pantai bondo berada di Kec Bangsri Kab Jepara. Kalau dari dalam kota teruslah menuju utara lewat Jl Jepara Bangsri. Ketika sudah memasuki Kec Mlongggo nanti kalian akan menemukan pertigaan lampu merah. Tenang di Kec Mlonggo hanya ada satu lampu merah. Lalu ambil kiri, lurus terus jangan pernah berbelok sampai mentok. Selanjutnya akan ada pertigaan dan disitu ada papan penunjuk arah. Kalian ambil kiri dan cukup mengikuti jalan. Oh ya  kalau kamu backpacker yang gak modal, datanglah selain weekend. Insyallah kantongmu aman. Kalau memang kepepet harus weekend datanglah sesudah setengah lima sore. Jam segitu masuk pantai sudah digratiskan.




Sembari menunggu matahari tumbang di ufuk barat, Zulfan dan aku duduk santai di café tanpa berniat membeli. Tahu sendirilah ekonomi kami, eh malah disamperin mbak -mbaknya. “mau pesen apa mas?”. “Pesen hati kamu bisa mbak??”. Lalu sebuah tamparan telak menghatam pipiku. Tenanglah wahai ekonomi terbatas disini harganya tidak jauh dari harga angkringan ditempat kalian nongkrong. Kopi ireng harganya 4rb dan ice white coffe 5rb. Itu setauku karena memang kuatnya beli itu.

Keindahan pantai ini sudah tidak terbantahkan lagi, sepanjang pantai ditanami café dengan berbagai nama dan keunggulan masing. Konsep terbaiklah yang akan menarik perhatian. Itu baru ciptaan manusianya bung. Keindahan sesungguhnya adalah sunset yang sungguh membuat hatiku damai. Dengan menghirup bau kopi ireng anget lalu meminumnya sedikit demi sedikit dan timbulah bunyi “srrreeppp”, ah rasanya dunia ini sudah menjadi surga. Siluet mahabesar menghitamkan obyek-obyek didepannya, inilah mahakarya dari segala maha-maha. Ku abadikan momen sunset tanpa kabut dengan kamera eos 1100 D ku, perahu nelayan dari kejauhan terlihat menepi, anak-anak berlarian di semburat kemerahan, remaja tanggung bergandengan memadu kasih dan bercanda ria serasa dunia milliknya, apakah aku harus menirunya dengan Zulfan?. Hah sakit rasanya Zul, kenapa harus kamu yang mengajaku kesini?.







Yowes ngno tok, monggo, disini ada mahakarya Tuhan yang harus dinikmati dan disyukuri. Sekian dulu cerita sedih ini. Wassalamualaikum. #backpackergendheng

Azwar, 17 Tahun




2 komentar:

Pesta Dandangan Untuk Semua Masyarakat

02.09 Azwar Aff 0 Comments

Dandangan 2017 Kudus

Dandangan diambil dari sejarah saat zamannya Sunan Kudus. Dimana acara ini dimaksudkan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Semua orang berkumpul di pelataran Masjid Menara untuk menerima pengumuman kapan puasa oleh pemimpin waktu itu. Bunyi bedug "dhang...dhang..dhang" dari bedug yang diyakini menjadi asal nama Pesta Dandangan. Dan dengan perkembangan zaman Dandangan dijadikan semcam Festival oleh Masyarakat Kudus.

Jadi aku dan teman-temanku menyempatkan untuk sekedar menengok Dandangan yang dipenuhi berbagai macam barang jualan. Mulai dari keperluan rumah tangga sampai keperluan luar biasa. Bertempat di Simpang 7 Kudus, maka Dandangan tidak akan sepi pengunjung. Jadi kalau mau kesini datanglah sebelum maghrib kalau masih mau kebagian oksigen.

Dandnagan berakhir sehari sebelum bulan puasa, tapi kalau salah prediksi jatuhnya awal ramadhan ya bejomu. Nikmati saja foto ini karena aku sedang malas-malasnya untuk menulis.










Azwar, 17 Tahun

0 komentar:

Pesta Baratan Kalinyamat 2017

21.37 Azwar Aff 0 Comments


Kalau kalian berkunjung ke Jepara lewat jalur Kudus ataupun Semarang pasti akan melewati sebuah kecamatan yang bernama Kalinyamat. Nama yang diambil dari Ratu yang gagah berani menumpas penjajah dari tanah Jepara. Setiap pertengahan bulan syaban setiap tahunnya akan diadakan Festival Pesta Baratan. Kalau dari istilah kata, Baratan diambil dari kata Baroa’tan atau mencari keberkahan. Salah satu hal yang paling ditunggu dari Baratan adalah siapa yang menjadi sosok Ratu Kalinyamat.

Aku alhamdulillah bisa menyempatkan diri untuk apresiasi kearifan lokal ini. Bukan Azwar kalau hanya sebagai penonton saja. Aku mencoba menggali lebih dalam sejarah tentang Festival Pesta Baratan. Mbak Win sebagai penggagas acara ini berhasil aku temui. Beliau memaparkan banyak hal. Pada tahun 2004 sanggar Lembayung Production yang dipimpin Mbak Win berhasil memecahkan rekor muri sebagai pembawa arak-arakan lampion terpanjang. Berawal dari rekor muri, Mbak Win berpikir untuk mengangkat sosok Ratu Kalinyamat  untuk dijadikan Festival Tahunan, agar di daerahnya punya kearifan lokal. Akhirnya Mbak Win menggabungkan arak-arakan lampion dan sosok Ratu Kalinyamat dan jadilah Festival Pesta Baratan.

Tahun ini Sutradara Abdi Munif mengangkat tema balas dendamnya Ratu Kalinyamat kepada Aryo Panangsang yang telah membunuh suaminya Sultan Hadlirin. Nyai Ratu bersumpah dengan topo wudo (semedi tanpa busana) dan tidak akan turun dari pertapaannya sebelum keramas darahnya Aryo Panangsang. Singkat cerita, Aryo Panangsang berhasil dibunuh oleh prajurit dari kerajaan Pajang yang membantu Ratu Kalinyamat.






Sedikit tips, untuk menyaksikan Festival Pesta Baratan usahakan habis maghrib sudah stay di lokasi dan tempatkan montor di kantong-kantong parkir. Karena telat sedikit saja kalian akan emosi terjebak kemacetan. Macetnya berpuluh-puluh kilo karena ini jalan utama Jepara-Kudus, Jepara-Demak dan Jalan utama masuk kota. Ohh iya sholat isya dulu lah jangan ditunda-tunda.

Mungkin kurang lebihnya seperti itu. Aku membiasakan diriku untuk tidak hanya menjadi penonton disetiap keadaan. Aku harus tahu lebih dalam dan merasakan saripati kehidupan didalamnya. Sekian pengalaman yang bisa aku bagikan, Assalamualaikum
Salam #backpackergendheng.

Azwar, 17 Tahun

0 komentar:

Jogja Istimewa dengan Budaya Pendidikan

00.16 Azwar Aff 0 Comments


Jogja selalu identik dengan budaya dan sejarah panjang berdirinya Republik ini. Universtitas besar penghasil manusia intelek berdiri gagah disini. UGM, UNY, ISI dan puluhan PTS terakreditasi A. Tak salah jika disebut Kota Pendidikan. Setelah maghrib televisi diharamkan. Masyarakat harus belajar di jam prouktif itu. Aku dan temanku menyempatkan berpelisir di sela-sela seleksi masuk kuliah yang melelahkan. Dengan meminjam motor saudara yang ada di Bantul. Kami menjelajah Jogja tanpa guide. Lebih baik nyasar dariapada nanya. Itu semboyan iklan rokok yang harus kita pegang.



Kami mulai dengan wisata pendidikan ke kawasan manusia intelek. UGM. Disepanjang jalan, taman, bahkan toilet dipenuhi dengan pemikiran yang melesat jauh menembus sekat kejahliyahan manusia. Mahasiswanya datang dari seluruh pelosok negeri dan akan menyebar ke seluruh dunia dengan mengemban misi prodi mereka masing-masing. Jokowi, Ganjar, Amin Rais adalah sedikit contoh alumni sukses buah hebatnya pendidikan UGM. Logat yang berbeda dari setiap daerah menambah keunikan lingkungan intelek ini. Kalau temanku menyebutnya “Little Indonesia”. Tapi sayang aku nggak tertarik untuk kuliah disini.

Menjelang sore, kami menuju selatan melewati banyak bangunan menjulang. Sesak lalu lintas, asap kendaraan saling beradu. Jogja sesak nafas kala sore hari. Melewati banyak universitas swasta dengan baner promosi pmbnya masing-masing. Tujuan kami selanjutnya adalah Malioboro. Destinasi wajib para pelancong. Entah apa yang membuat jalan ini istimewa, padahal isinya hanya toko souvenir saja. Namun apa boleh dikata, inilah Malioboro little of the world. Oh ya kalau kalian backpacker yang minim dana, jangan coba-coba makan di sepanjang jalan maliboro. Mahal kang mas. Bikin dompet jebol. Cukup beli souvenir saja disini. Kalau kita dari Malioboro menuju timur dekat stasiun tugu, maka akan kita temukan “Sarkem” pusat prostitusi Jogja. Cukup lihat aja nggak usah main dengan alasan apapun.



Kami terus menuju selatan meniggalkan malioboro. Melewati jalan 0 Km Jogjakarta. Disini kita bisa berfoto dengan aneka cosplay. Ada Transformers, Hello Kitty bahkan hantu top Indonesia. Pocong. Tujuan kami selanjutnya adalah alun-alun selatan. Bagian paling terkenal adalah dua pohon beringin besar yang melegenda. Barangsiapa yang bisa melewati tengah pohon ini dengan mata terutup, maka …….. . Udah jangan percaya dengan mitosnya. Disini juga ada becak-becak hias yang bisa disewa untuk memutari alun-alun. Tak berselang lama, kami bosan. Kami terus menuju ke selatan. Industry kreatif jogja memang sangat ketat. Beda dengan Jepara. Di Jogja manusianya terus berinovasi menciptakan produk baru yang keren-keren. Seni disini dijunjung tingi dalam kehidupan. Berbeda sekali dengan Jepara. Banyak produk Jepara yang mengadopsi Jogja. Tak usah disebutkan lha.




Memasuki kawasan sejarah dan seni. Jalan Parangtritis Km 6,5. Sekitar 10 menit dari alun-alun. Kami sempatkan mampir di ISI YK. Tempat seniman besar Indonesia di lahirkan. Kalau membandingkan dengan kawasan UGM memang bertolak belakang. Mahasiswa disini persis seperti tukang bangunan penampilannya. Rambut gondrong, di semir, celananya sobek-sobek dan motornya vespa dengan knalpot tanpa filer. Sama sekali tidak terlihat seperti manusia bependidikan layak UGM ataupun UNY. Namun mahasiswa seni adalah pembelajar kehidupan yang baik. Tampil apa adanya tanpa rekayasa. Waktu sudah malam dan kami harus beristirahat karena besok harus kembali ke Jepara untuk menyambung hidup. Lakukan perjalan agar kamu tahu arti perjuangan.




Azwar, 17 Tahun.

0 komentar:

Memacu Adrenalin di Jepara Ourland Park

05.49 Azwar Aff 0 Comments



Menurut artikel yang aku baca, Jepara Ourland Park atau JOP adalah Waterboom terbesar se-Jawa Tengah. Lokasinya memang kurang srategis menurutku. Terletak di pesisir Pantai Mororejo atau Pungkruk bekas sarang prostitusi tingkat Asia Tenggara, Kec Mlonggo, Kab. Jepara. Masih satu kecamatan dengan rumahku. Ya kira-kira belakang rumah lah. Ini sih bukan Backpacker namanya.

Jalan satu-satunya adalah gencar melakukan promosi. Kalau kalian datang ke Jepara pasti menemui banyak baliho, banner dan media promosi tentang JOP. Seolah-olah hanya JOP yang menjadi tempat wisata Jepara. Harga tiket 60 ribu saat hari biasa dan 75 ribu di weekend. Dan tiket terusan akan dikenakan tambahan biaya 50 ribu. Mahal memang. Namun dibayar dengan fasilitas yang memadai.

Yang paling populer disini adalah desain bangunannya yang berkiblat ke Negara Turkey. Berkubah-kubah dan tertata rapi. Sungguh menyejukan mata. Prosotan di JOP menurutku ekstream. Hanya orang-orang yang punya mental baja dan habis putus cinta yang berani menantangnya. Bagaimana tidak ekstream, di lantai paling atas atau prosotan tertingi JOP. Kita akan memasuki terowongan perosotan yang panjang. Seperti akan terlontar ke dunia lain. Berteriak sekencang apapun tidak membantu ketakutanmu. Badanku seperti terlepas dengan nyawanya. Nyawanya nyangkut diatas ndak mau turun. Setelah lolos dari terowongan perosoton adalah menukik tajam dengan kecepatan tinggi mengahantam air. Memar semua ini badan.

Sebenarnya aku kesini nggak bayar sama sekali, maklum dompet rata. Disubsidi sekolah ceritanya. Sebagai perpisahan sebelum SMK. JOP memiliki banyak kolam renang sesuai kategori ketingian. Oh ya, dari JOP ini kita bisa menyebrang ke Pulau Panjang dengan membayar 50 ribu saja. Disana kita akan menjumpai pasir putih sepanjang garis pantai yang masih asri. Itu saja yang bisa aku bagikan hari ini. Dan jadilah #Backpackergendheng











Azwar, 17 Tahun.

0 komentar: