Adventure di Air Terjun Sumenep

00.13 Azwar Aff 0 Comments

  Panas matahari mulai meninggikan derajatnya menandakan aktivitas pagi segera dimulai. Tepat hari kedua pendaftaran peserta didik baru dibuka, 28 Juni 2016 ketua WKMB (Wall Kulino Minal Biasa) memberi komando untuk segera bersiap touring ke salah air terjun yang mempesona di kota ukir tercinta ini. Berangkat dengan personil seperti biasa namun minus Ricky si jangkung karena dia masih menjalani praktik industry yang bertepat di Kantor Kecamatan Tahunan. Sengaja kami sempatkan mampir ke SMK dulu untuk melihat calon-calon adek kelas baru dan calon pelampiasan balas dendam nanti di kegiatan ekstrakulikuler :p, hari itu kami berlima Zulfan, Ibad, Dimas, Fadie, dan tentunya aku sendiri, setelah puas melihat wajah-wajah adek kelas yang nantinya akan kami siksa habis-habisan kami meneruskan perjalanan yang nantinya mungkin akan melelahkan, nggak ada angin dan juga nggak mau hujan tiba-tiba seorang cewek ingin sekali ikut touring  setelah melihat foto-foto adventure WKMB,  panggil dia Natasya salah satu murid sekolah sebelah, berbadan sedikit berisi, berkulit putih juga rambut belah tengahnya diimbangi dengan mulut imutnya yang membuat lelaki manapun akan tergoda.






    Namanya Air Terjun Sumenep merupakan mahakarya Tuhan yang  berada di desa Batealit, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara, tepatnya di Dukuh Setro. Kami keluar dari SMK 3 Jepara pukul 10.00 WIB melewati tugu Kartini belok kanan lurus sampai mentok lampu merah sebelum masuk ke jalan Universitas Nahdlatul Ulama Jepara kampus kebanggan warga Jepara, menunggu beberapa menit lampu merah yang enggan berganti hijau, terdengar bunyi-bunyian himbauan taat berlalu lintas dari polda Jateng yang sangat tidak dipedulikan pengguna jalan, tiba-tiba punggungku ditepuk natasya yang sedari tadi berboncengan denganku karena lampu yang sudah berganti hijau. Perjalanan di lanjutkan melewati kampus kebanggaan warga jepara, menyusuri jalan aspal yang terkadang mulus terkadang bergelombang. Sekitar 40 menit perjalanan kita tiba dipintu masuk Huta Wono Pinus Setro atau orang daerah sini menyebutnya Pinusan yaitu pohon yang dimanfaatkan getah karetnya untuk membuat aneka bahan serba guna (kalau mau ke air terjun Sumenep harus melewati tempat ini). Dua ribu per motor yang harus dikeluarkan pengunjung untuk membantu pengelolaan obyek wisata Air Terjun Sumenep.
     Kami sempatkan berfoto sebentar di pinusan untuk mengabadikan momen kebersaman juga sembari beristirahat sebelum melanjutkan ke tujuan utama. Untuk mencapai air terjun Sumenep membutuhkan waktu sekitar 40 menit dari Pinusan dengan jalan yang terus menananjak menaiki bukit, pada 15 menit pertama kami harus melewati punggung bukit dengan jalan berbatu yang tersusun rapi selebar 2 meter, dan selanjutnya kita akan menjumpai pertigaan jalan dengan palang kecil didepannya bertuliskan “Sumenep ambil kiri”,ambilah kiri jangan lurus kawan, nanti akan ada tanjakan ekstrem, setelah tanjakan kita harus menyusuri jalan setapak kurang lebih 100 meter dan disitu ada papan bertuliskan “Parkir Motor”. Lokasi air terjun Sumenep ada dibawah bukit yang sudah kita naiki ini selebihnya kita tinggal menuruni bukit dan melewati perswahan yang sedap dipandang mata. Mungkin kedengarannya sangat mudah dan sangat simple untuk mencapai obyek wisata ini namun perlu kalian tahu bagaimana perjuangan kami untuk menyelesaikan rintangan penuh bebatuan licin kala itu.





    Dimulai 10 menit pertama menaiki bukit dangan jalan yang berbatu, motor matic Dimas mio berwarna merah saat itu sedang ngambek menaiki bukit pinusan karena terlalu tua dan butuh istirahat beebrapa saat. Sang ahli permesinan Zulfan mulai mengutak-atik mesin tuanya Dimas, entah dengan mantra apa si tua merah itu semangatnya kembali membara dan siap menaklukan bukit pinusan. Ditambah beberapa kali terjatuh karena licinnya medan menambah seru perjalanan adventure siang itu, motor-motor yang dulunya mengkilap kini mereka bermandikan noda yang penuh dosa. SEMUA MOTOR BERGANTI KULIT MENJADI COKLAT, maaf capslocknya kepencet saking semangatnya ngetik, membawa satu perempuan di kala adventure bagiku adalah tanggung jawab sekaligus beban. Dengan bayang-bayang kalimat “GIRL ALWAYS RIGHT” sedikit menambah keraguanku kalau cewek ini nantinya menyalahkan akses jalanan yang menurutku seru ini dan menyusahkan menurutnya, namun kekhawatiranku salah, ternyata Natasya diam dan menikmati perjalanan penuh keringat dan ingin rasanya segera berbuka puasa. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni bukit dari tempat parkir motor, lelah dan haus selama berjalan kaki nampaknya tidak berlaku untuk kali ini, mata, hati dan pikiran kami disuguhkan dengan hamparan hijau permai dan berwarna-warni bunga menghiasinya yang membentang begitu luasnya, juga telinga yang dimanja alunan melodi burung-burung yang riang gembira terus menerus memainkan orkestra yang sungguh teratur. SUNGGUH NIKMAT TUHAN MANA LAGI YANG HENDAK KAMU DUSTAKAN, baru 5 menit berjalan kaki 3 Susunan air terjun yang berundak terlihat memanggil kami untuk segera berlalri menghamopirinya.
    Pukul 13.00 WIB kurang lebihnya akhir perjalanan ini berujung dengan sambutan suara gemercik air yang sahdu dan menenangkan, Zulfan, Ibad, Fadie, Dimas berlarian seperti semut melihat gula manis di hadapannya namun berbeda denganku yang menikmati berjalan di tengah sawah sambil menemani natasya. Teman-temanku girang nggak karuan juga tak lupa mengucap syukur kepada seniman yang taka ada tandingannya Allah Swt. Siang itu kami mendirikan 4 rakaat di bawah air terjun dengan baner WKMB sebagai alasnya sebagai konsistensi kami bahwa adventure tujuan utamanya adalah MENSYUKURI NIKMAT TUHAN. Sumenep ini memiliki tiga tingkat air terjun yang kita bisa lihat saat perjalanan menuruni bukit.












Air Terjun Tingkat Pertama

Adalah air terjun yang aku dan teman-teman singgahi saat ini berupa dinding batu dengan tiga anak air terjun yang berjejeran

Air Terjun Tingkat Kedua

Menurut cerita dan setelah aku browsing di internet air terjun tingkat kedua merupakan air terjun terindah berupa dinding batu membentuk setengah lingkaran dengan tiga aliran yang menyebar dihiasi akar gantung dan lumut serta rumput hijau. Hanya butuh waktu 10 menit untuk mencapai air terjun kedua dari air teejun pertama dengan track yang lumayan menanjak.

Air Terjun Tingkat Ketiga

Adalah air tertinggi dari sebelumnya, kanan kirinya merupakan lereng curam. Tidak ada jalan menu kesini jadi kita harus membuat jalur sendiri untuk mencapai lokasi, mendaki bukit terlebih dahulu sebelum turun disisi lereng lain, berpegang pada akar-akar pepohonan, bergerak mencari sumber suara gemuruh air.

    Masalah dari obyek wisata ini menurutku adalah kurang promosi, akses jalan, juga papan penunjuk arah yang kurang terlihat ini perlu disikapi pemerintah setempat maupun kabupaten supaya kedepannya potensi emas Jepara ini terangkat kepermukaan dan menjadi destinasi baru selain pantai-pantai yang memang indah mempesona. Ada puluhan air terjun tersebar di seluruh Jepara namun hanya Songgo Langit yang terkenal. Mengapa bisa begitu..? jawabannya simple karena Akses jalan yang sudah memadai, jadi pengunjung tidak berpikir dua kali untuk mampir ke Air Terjun Songgo Langit. Pak Bupati bagaimana kalau kita mencanangkan program pemberdayaan air terjun saya jamin Jeparamu ini mendapat sebutan sebutan baru Jepara Mengukir Air Terjun.


Azwar, 16 tahun

You Might Also Like

0 komentar: